Visitor LIVE

Mesothelioma Cancer News Diagnóstico y tratamiento del mesotelioma pleural maligno Mesothelioma Law Firm mesothelioma cancer mesothelioma asbestos

Jokowi Harus Bentuk Tim Pencari Fakta Selidiki Penembakan di Papua

IKLAN 300x600 ( Yang Sudah Diparse)
JAKARTA-Presiden Joko Widodo (Jokowi) hendaknya segera membentuk Tim Pencari Fakta (TPF) menyelidiki penembangan di Paniai yang mengakibatkan 5 korban tewas. Jika tidak dibentuk TPF dan hasilnya diumumkan terbuka, sulit mengharapkan kepercayaan masyarakat Papua kepada Pemerintahan Jokowi.

Demikian pernyataan bersama (joint statement) Koordinator Jaringan Damai Papua (JDP) Pastor Neles Tebay, dan Ketua Umum Barisan Relawan Jokowi Presiden (BaraJP) Sihol Manullang, di Jakarta Jumat (12/12). Keduanya sepakat, TPF menjadi satu-satu solusi jangka pendek.

Pastor Neles Tebay mengatakan, adanya pernyataan para pemuka agama di Papua Kamis 11/12, supaya Jokowi jangan datang ke Papua untuk merayakan Natal, bisa dipahami. Masyarakat Papua sedang sedang berduka, rakyat mereka dibunuh begitu saja, tanpa penyelesaian hukum yang jelas.
Sihol Manullang menyatakan keyakinannya, penembahan adalah sebuah disain, ada aktor intelektual yang mengetahui kebiasaan masyarakat Papua. "Orang Papua sangat fanatik merayakan Natal. Kalau mau bikin ribut, ganggu saja mereka di Pondok Natal, pasti menjadi masalah," katanya.

Tebay dan Sihol berpendapat, sulit mengharapkan pengungkapan masalah oleh Polri dan TNI. Kalau korban adalah petugas Polri, dalam tempo singkat analisis balistik akan diumumkan. Tetapi kalau pelakunya petugas Polri, sulit mengharapkan keterbukaan informasi," kata Tebay.
Demikian juga kalau dugaan pelaku adalah TNI dan yang meneliti adalah Polisi, maka penyelidikan akan serba gelap, karena satu sama lain (antara Polri dan TNI) tidak mau dianggap saling memojokkan.

"Maka anggota TPF harus dari luar Polri dan TNI, supaya bisa netral. Hanya kehadiran TPF yang bisa meluluhkan amarah masyarakat Papua sekarang ini. Kalau TPF dibentuk, saya yakin tidak ada masalah kalau Jokowi merayakan Natal di Papua," kata Sihol.

Mobil Fortuner
Sebelumnya, dari hasil penelitian Tim BaraJP di Paniai, pengemudi mobil Fortuner yang sengaja berkendara ke tempat latihan perayaan Natal dengan tidak menyalakan lampu (walau sudah malam hari), merupakan indikasi kuat sengaja mencari gara-gara supaya terjadi kerusuhan.

"Fortuner tanpa lampu di malam hari, pantas dicurigai sebagai indikasi sabotase terhadap Presiden Joko  Widodo (Jokowi), karena Jokowi akan berkunjung ke Papua pada tanggal 27 Desember 2014 yang akan datang," ujar Sihol.

Sihol mengkhawatirkan, kerusuhan sengaja direkayasa untuk memperkeruh suasana. "Mau memberi kesan bahwa Papua tidak aman, yang berdampak pada pengadaan sarana pendukung. Ini tidak sehat, tidak elegan. Komunikasi tidak harus dengan penumpahan darah rakyat," katanya.
Pengemudi mobil Fortuner tentu tahu, kendaraan yang melintas pada malam hari, pasti akan mendapat teguran dari warga. Boleh jadi sudah direncanakan, siapa yang menegur, itulah yang dipukuli/disiksa. Kemudian, penyiksaan akan berbuntut panjang, mobil akan dicari warga.

Dengan pemahaman budaya setempat, pengemudi mobil adalah biang-kerok penyiksaan. Pengemudi tahu, mobil akan dicari untuk balas dendam atau mobil akan dibakar. Reaksi masyarakat persis seperti yang diharapkan, mobil dibakar dan massa berkumpul. Apakah ini skenario?

Sihol mengharapkan supaya Kapolri dan Panglima TNI bertindak tegas, memecat atasan aparat keamanan yang terlibat, mengadili semua pelaku dan pihak yang turut serta dalam penembakan terhadap warga yang lemah.

Lima korban tewas dalam aksi penembakan di Paniai, Papua. Sadai Yeimo, Habakuk Degei, Neles Gobai, Bertus Gobai, dan  Apinus Gobai. Sedangkan korban yang menderita luka-luka berjumlah 22 orang.

Menegur Pengemudi

Peristiwa memilukan bermula dari penganiayaan seorang anak berusia sekitar 12 tahun, di perbukitan Togokotu, Kampung Ipakiye, Paniai Timur, Minggu (7/12) malam sekitar pukul 24.00 WIT. Sebuah mobil Fortuner warna hitam melintasi perbukitan Togokotu dengan kondisi lampu padam.

Persis di puncak perbukitan, di pondok Natal, menegur pengemudi, meminta menyalakan lampu. Tak terima ditegur, terjadi pertengkaran mulut. Mobil lantas melaju ke Posko Timsus 753 di Uwibutu, tak lama kemudian mobil kembali ke pondok Natal, para penumpang mobil menganiaya seorang anak.

Senin (8/12/2014) pagi, rombongan masyarakat Kampung Ipakiye bergerak menuju Kota Enarotali, 5 kmdari kampung tersebut. Rombongan ingin meminta penjelasan aparat keamanan tentang penganiayaan warga mereka.

Sekitar pukul 10.00 WIT, masyarakat melihat mobil yang mendatangi pondok Natal pada Minggu malam. Mereka lantas membakar mobil Fortuner itu. Kemudian massa berkumpul di Lapangan Karel Gobai, Enarotali, sambil bernyanyi dan menari. Namun, aparat keamanan menanggapi aksi tersebut dengan melakukan penembakan untuk membubarkan massa.

Neles Tebay mengatakan, penembakan warga sipil di Paniai ini seperti kado Natal yang memilukan. Setelah dua aparat tewas tertembak kelompok sipil bersenjata, kini giliran warga sipil yang tewas. "Derita Papua ini semakin memilukan," kata Neles Tebay.***(if/k65)


Gambar : Inilah sebagian dari 5 korban tewas di Paniai Timur, Papua, Senin (8/12/2014).

Kerusuhan berbuntut penembahan, bermula dari penyiksaan seorang anak 

berumur 12 tahun oleh oknum aparat. Lagi-lagi kesediahan untuk Papua.***(Foto: Repro Suara Pembaruan)
IKLAN RENPONSIF ( Yang Sudah Diparse )

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Jokowi Harus Bentuk Tim Pencari Fakta Selidiki Penembakan di Papua "

Post a Comment