Sebagaimana yg kita ketahui, bahwa hubungan badan ( Jima’) ketika istri haidh hukumnya adalah haram, dan ulama sepakat tentang hal ini. Berdasarkan firman Allah ta’ala :
Namun, adanya keharaman Jima’ ketika haidh bukan berarti suami istri mutlak tidak bisa bermesraan dan bersenang-senang. Karena maksud ayat menjauhi disini hanya khusus untuk jima’, adapun selainnya, aktivitas saling memuaskan suami istri hukumnya halal dan dibolehkan, sebagaimana ditegaskan oleh sabda beliau shalallahu’alaihi wassalam :
Makna nikah yang dimaksud dalam sabda beliau tersebut adalah jima’, Rasulullah shalallahu’alaihi wassalam menyebut dengan nikah untuk menghaluskan.
Dan lebih lanjut ini dijelaskan dalam riwayat hadits-hadits berikut ini :
Apa saja yang dibolehkan ?
Onani
Ulama sepakat bahwa istri boleh memuaskan suami dengan tangannya ( onani).
Istimna’ selain anggota antara pusat dan lutut
Ulama sepakat bahwa suami istri boleh bercumbu dengan melibatkan anggota badan selain area antara pusat dan lutut istri. Sedangkan Istimna’ anggota antara pusat dan lutut menutur jumhur hukumnya haram. Semisal menggesek-gesekkan farji dipaha dan lainnya, berdasarkan hadits :
“Siapa yang berada di sekitar batasan yang diharamkan maka ditakutkan dia akan terperosok ke dalamnya.” (Mutafaqqun ‘alaih)
Sedangkan kalangan Hanabilah membolehkan dalilnya karena nas hanya melarang adanya penetrasi bukan selainnya. Berkata Ibnu Qudamah rahimahullah
Ketika Allah hanya memerintahkan untuk menjauhi tempat keluarnya darah, ini dalil bahwa selain itu, hukumnya boleh.
Sebagian ulama lagi mengambil jalan tengah, bila ia mampu mengontrol nafsunya sehingga tdk sampai melakukan hubungan intim, sebaliknya jika ia tdk mampu maka hal tersebut dilarang. Imam Nawawi menyatakan bahwa pendpt ini adalah pendapat yg baik.
Demikian semoga bermanfaat dan tetap semangat menjalani fitrah kehidupan. Wallahu a’lam.
Sumber: http://www.ukhtiindonesia.com/apa-yang-bisa-dilakukan-ketika-istri-sedang-haidh/
Mereka bertanya kepadamu tentang haid. Katakanlah: “Haid itu adalah suatu kotoran”. Karena itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haidh; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. apabila mereka telah Suci, Maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri. (QS. Al-Baqarah: 222)
Namun, adanya keharaman Jima’ ketika haidh bukan berarti suami istri mutlak tidak bisa bermesraan dan bersenang-senang. Karena maksud ayat menjauhi disini hanya khusus untuk jima’, adapun selainnya, aktivitas saling memuaskan suami istri hukumnya halal dan dibolehkan, sebagaimana ditegaskan oleh sabda beliau shalallahu’alaihi wassalam :
“Lakukanlah segala sesuatu (dengan istri kalian yang sedang haidh) kecuali nikah.” (HR. Muslim).
Makna nikah yang dimaksud dalam sabda beliau tersebut adalah jima’, Rasulullah shalallahu’alaihi wassalam menyebut dengan nikah untuk menghaluskan.
Dan lebih lanjut ini dijelaskan dalam riwayat hadits-hadits berikut ini :
A’isyah radhiyallahu ‘anha menceritakan,
“Apabila saya haid, Rasulullah shallallahu‘alaihi wassallam menyuruhku untuk memakai sarung kemudian beliau bercumbu denganku.” (HR. Ahmad).
Hal yang sama juga disampaikan oleh Maimunah radhiyallahu‘anha,
“Rasulullah shallallahu‘alaihi wassallam bercumbu dengan istrinya di daerah di atas sarung, ketika mereka sedang haid.” (HR. Muslim)
Apa saja yang dibolehkan ?
Onani
Ulama sepakat bahwa istri boleh memuaskan suami dengan tangannya ( onani).
Istimna’ selain anggota antara pusat dan lutut
Ulama sepakat bahwa suami istri boleh bercumbu dengan melibatkan anggota badan selain area antara pusat dan lutut istri. Sedangkan Istimna’ anggota antara pusat dan lutut menutur jumhur hukumnya haram. Semisal menggesek-gesekkan farji dipaha dan lainnya, berdasarkan hadits :
“Dari Mu’adz bin Jabal saya pernah bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tentang apa yang dibolehkan bagi seorang suami terhadap istrinya yang sedang haidl. Maka beliau menjawab: “Boleh apa yang ada di atas kain sarung.” (HR. Abu Dawud)
“Siapa yang berada di sekitar batasan yang diharamkan maka ditakutkan dia akan terperosok ke dalamnya.” (Mutafaqqun ‘alaih)
Sedangkan kalangan Hanabilah membolehkan dalilnya karena nas hanya melarang adanya penetrasi bukan selainnya. Berkata Ibnu Qudamah rahimahullah
Ketika Allah hanya memerintahkan untuk menjauhi tempat keluarnya darah, ini dalil bahwa selain itu, hukumnya boleh.
Sebagian ulama lagi mengambil jalan tengah, bila ia mampu mengontrol nafsunya sehingga tdk sampai melakukan hubungan intim, sebaliknya jika ia tdk mampu maka hal tersebut dilarang. Imam Nawawi menyatakan bahwa pendpt ini adalah pendapat yg baik.
Demikian semoga bermanfaat dan tetap semangat menjalani fitrah kehidupan. Wallahu a’lam.
Sumber: http://www.ukhtiindonesia.com/apa-yang-bisa-dilakukan-ketika-istri-sedang-haidh/
0 Response to "APA YANG BISA KITA LAKUKAN KETIKA ISTRI SEDANG H A I D H ??? "
Post a Comment