Visitor LIVE

Mesothelioma Cancer News Diagnóstico y tratamiento del mesotelioma pleural maligno Mesothelioma Law Firm mesothelioma cancer mesothelioma asbestos

Partai Golkar Bunting Tua, Jabang Bayi akan Lahir?

IKLAN 300x600 ( Yang Sudah Diparse)
Celoteh: Yousri Nur Raja Agam

PARTAI Golkar, diibaratkan sebagai makhluk hidup, Ia lahir dan bisa melahirkan. Kendati lahir di zaman Orde Lama (Orla) yang dipimpin Bung Karno, tanggal 20 Oktober 1964, Golongan Karya (Golkar), ternyata hidup subur di zaman Orde Baru (Orba) yang dipimpin Pak Harto. Dia tidak “mati”, ketika Pak Harto dilengserkan eksponen gerakan Reformasi.

Kelahiran Golkar berawal dari kesepakatan tiga pimpinan pilar Organisasi Massa (Ormas): Kosgoro (Kesatuan Organisasi Serbaguna Gotong Royong) pimpinan Mas Isman (alm), SOKSI (Sentral Organisasi Kekaryaan Swadiri Indonesia) pimpinan Suhardiman dan MKGR (Musyawarah Kekeluargaan Gotong Royong). Ke tiga pimpinan Ormas Tri Karya ini, merangkul puluhan Ormas lainnya, berdiri sebuah Sekretariat Bersama (Sekber), bernama Sekber Golkar.

Memasuki era Orba, Golkar yang merupakan tempat penyaluran aspirasi rakyat yang tidak menjadi anggota Partai Politik (Parpol) – disebut sebagai anggota Golongan – itu, ternyata dijadikan kendaraan politik oleh rezim Presiden Soeharto. Tahun 1965 hingga 1971, Pak Harto berkuasa atas mandat MPRS (Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara). Kemudian melalui enam kali Pemilihan Umum (Pemilu) – yaitu tahun 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, dan 1997 – Golkar selalu mengalahkan Parpol lainnya.

Tahun 1971 Golkar mengalahkan sembilan Parpol dan tahun 1977 sampai 1997 mengalahkan dua Parpol yang merupakan fusi sembilan Parpol itu, yaitu PDI (Partai Demokrasi Indonesia) dan PPP (Partai Persatuan Pembangunan).

Saat pergolakan politik terjadi dengan lahirnya Era Reformasi, rezim Orba tumbang bersamaan dengan lengsernya Pak Harto. Namun demikian, terjadi keajaiban luar biasa. Kalau di dunia lain, apabila sebuah rezim tumbang, maka Parpol pendukungnya ikut hancur. Tetapi tidak demikian dengan Golkar yang sudah berubah menjadi Partai Golkar. Parpol ini mampu menduduki tempat ke dua pada Pemilu 1999 di bawah PDI yang berganti nama menjadi PDI Perjuangan. Padahal peserta Pemilu waktu itu ada 48 Parpol. Bahkan lebih mengejutkan lagi pada Pemilu 2004, Partai Golkar kembali menduduki peringkat pertama.

Kekuatan Golkar itu berkat pembinaan yang cukup matang. Di samping sebagai rezim yang berkuasa, Golkar didukung oleh ormas yang dilahirkan, yang disebut Panca Karya. Ormas yang merupakan kepanjangan tangan Golkar itu adalah: AMPI (Angkatan Muda Pembaharuan Indonesia). HWK (Himpunan Wanita Karya), MDI (Majelis Dakwah Islamiyah), Pengajian Al Hidayah dan Satkar (Satuan Kerja) Ulama.

Ketika Golkar berubah menjadi Parpol, maka Partai Golkar bisa “terbang” dengan dua organisasi sayapnya: AMPG (Angkatan Muda Partai Golkar) dan KPPG (Kesatuan Perempuan Partai Golkar). Dengan demikian, kemuatan Tri Karya dan Panca Karya, semakin kokoh.

Melahirkan Bayi Parpol

Di masa Orba, Ketua Umum Golkar “memang” dihasilkan dari Munas, tetapi itu hanya formalitas, sebab yang menentukan adalah Ketua Dewan Pertimbangan (Wantimbang), yaitu Pak Harto. Namun di era reformasi, Partai Golkar benar-benar bangkit dengan kemandirian yang demokratis.
Golkar yang berubah menjadi Parpol menyelenggarakan Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) 9-11 Juli 1998. Bak keluar dari cengkeraman kekuasaan, dalam Munaslub itu terjadi pergolakan. Golkar pecah menjadi dua kubu. Kubu yang satu berpihak kepada Akbar Tandjung yang didukung BJ Habibie, Wiranto, dan Feisal Tanjung. Kubu kedua, Edy Sudrajat yang didukung Try Sutrisno dan Hayono Isman. Ternyata dalam Munaslub itu, Akbar Tanjung berhasil menduduki ketua umum.

Kubu Edy Sudradjat menggalang kekuatan di luar, dan tanggal 15 Januari 1999 mendirikan Parpol “sempalan” bernama: Partai Keadilan dan Persatuan (PKP) yang kemudian berubah nama menjadi PKPI (PKP Indonesia).
Tidak hanya PKP yang lahir dari perut Golkar, menyusul kemudian Partai Demokrat (PD). Namun kelahiran bukan akibat kisruh Munas. Saat Sidang Istimewa MPR tahun 2001, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tidak didukung Partai Golkar saat pemilihan wakil presiden mendampingi Megawati. SBY kemudian mendirikan Partai Demokrat.

Ini lain lagi, juga bukan akibat kisruh Munas, tetapi kekecewaan terhadap Golkar. Tahun 2002, keluarga Soeharto dan loyalis Soeharto, seperti Sri Hardiyanti Rukmana alias Tutut Soeharto atau Mbak Tutut, bersama Ary Marjono mendirikan partai baru PKPB (Partai Karya Peduli Bangsa).

Untuk menjaring calon presiden pada Pemilihan Presiden (Pilpres) tahun 2004, Partai Golkar melakukan konvensi. Dari internal Partai Golkar muncul nama Wiranto dan Prabowo Subianto. Hasilnya, Wiranto terpilih menjadi capres berpasangan dengan Solahuddin Wahid. Ketika Pilpres, pemenangnya SBY- JK. Karena JK (Jusuf Kalla) yang merupakan kader Golkar, kelihatan Golkar tidak sepenuh hati mendukung Wiranto. Akibat kekalahan Wiranto-Solahuddin Wahid itu, Wiranto yang kecewa mendirikan Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) tahun 2006.

Dua tahun berikutnya, tahun 2008, Prabowo Subianto mendirikan Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra). Menyusul tahun 2009 Partai Golkar Munas di Pekanbaru. Saat itu Aburizal Bakrie alias Ical yang didukunng Akbar Tanjung dan Agung Laksono mengalahkan kubu Surya Paloh. Dan Ical berjaya menduduki kusi Ketum DPP Partai Golkar masabakti 2009-2014.

Setahun kemudian, Surya Paloh yang kecewa membentuk Ormas Nasional Demokrat (Nasdem). Setelah merasakan Ormas Nasdem makin kuat, Surya Paloh menyatakan mundur dari Partai Golkar dan tahun 2010 mendirikan Partai Nasdem. 
Jadi, Partai Golkar telah melahirkan enam Parpol “sempalan”, yakni: PKPI (1999), Demokrat (2001), PKPB (2002), Hanura (2006), Gerindra (2008), Nasdem (2010).

Sekarang Bunting Tua

Bagaimana sekarang? Ada yang menyebut, saat ini Partai Golkar sedang bunting tua. Akibat “perselingkuhan” yang terjadi menjelang Munas, diperkirakan akan lahir lagi baru, sempalan Partai Golkar. Aroma kisruh Munas IX Partai Golkar yang digelar pada 30 November 2014 ini sudah terasa menyengat. Apalagi Munas di Bali itu memunculkan kembali nama Ical sebagai calon ketua umum. Bahkan dirancang akan dipilih secara aklamasi, berdalih 34 Ketua DPD Provinsi sudah sepakat. Kalau, Munas ini menghasilkan kepengurusan hasil “bedah sesar”, yang prematur, tentu akan mempunyai dampak tidak sehat.

Nah! Di balik itu, di kamar sebelah ada tujuh petinggi Partai Golkar lainnya yang juga siap bertarung dan membuat tandingan. Mereka menyebut tandingan itu Tim Penyelamat Partai Golkar. Mereka adalah: Priyo Budi Santoso, Agung Laksono, Agus Gumiwang Kartasasmita, Airlangga Hartarto, Hajriyanto Y Thohari, Zainudin Amali, dan MS Hidayat yang berikrar bersatu melawan ARB (Abu Rizal Bakrie).

Ke tujuh jagoan ini merancang Munas IX bulan Januari 2015 mendatang. Munas ini diharapkan bukanlah sebagai tandingan. Juga bukan melahirkan bayi baru prematur.

Dalam suasana belum menentu saat ini, belum bisa disebutkan apakah Partai Golkar akan melahirkan anak “sempalan” lagi? Wallahualam bissawaab. (NPAPG 1301000004)
IKLAN RENPONSIF ( Yang Sudah Diparse )

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to " Partai Golkar Bunting Tua, Jabang Bayi akan Lahir?"

Post a Comment