Visitor LIVE

Mesothelioma Cancer News Diagnóstico y tratamiento del mesotelioma pleural maligno Mesothelioma Law Firm mesothelioma cancer mesothelioma asbestos

Ini Penjelasan La Nyalla untuk Menpora soal Mekanisme Pengawasan pada PSSI

IKLAN 300x600 ( Yang Sudah Diparse)
JAKARTA-Wakil Ketua Umum La Nyalla Mattalitti menanggapi pernyataan Menpora Imam Nahrawi yang mereaksi tanggapannya atas rencana pembentukan Tim Sembilan untuk mengawasi kinerja PSSI.

Seperti diberitakan pada Rabu lalu, La Nyalla mempertanyakan maksud pembentukan tim tersebut oleh Menpora, dan dianggapnya merupakan langkah yang keliru. Imam lalu balik mempertanyakan La Nyalla dan meminta supaya tidak menganggapnya sebagai sebuah bentuk intervensi pemerintah.

Dalam keterangan persnya yang diterima redaksi detiksport, Jumat (19/12/2014), La Nyalla mengatakan bahwa PSSI tidak takut dan tidak berkeberatan dengan gagasan "negara hadir" di sepakbola, dengan tujuan memajukan dan meningkatkan prestasi sepakbola. Tapi yang terpenting adalah caranya. Karena sejatinya, dirinya justru ngeman (sayang, red) kepada Menpora, jangan sampai salah langkah.

“Menpora bilang supaya saya baca UU Sistem Keolahragaan Nasional. Bukan saja UU-nya yang sudah saya pelajari, termasuk PP-nya juga sudah saya baca. Justru di UU itu, di Pasal 22, mengenai Pembinaan dan Pengembangan Olahraga, bukan saja pembinaan, tetapi juga berkewajiban memberikan bantuan, kemudahan, dan perizinan,” demikian penjelasan La Nyalla.

"Apa bantuan dan kemudahan dari pemerintah ke sepakbola? Kemarin saat PSSI mau menggelar final ISL, kami tidak bisa dapat izin untuk digelar di Jakarta. Padahal Menpora janji akan bantu komunikasi dengan kepolisian. Hasilnya? PSSI terpaksa menggelar final ISL di Palembang," paparnya.

La Nyalla berharap, konteks "negara hadir" adalah di tempat yang tepat, bermanfaat dan bermakna bagi sepakbola. Banyak negara di dunia, katanya, menggelontorkan dana jutaan dolar untuk pengembangan sepakbola, seperti menyediakan fasilitas sepakbola dan lain-lain. 

La Nyalla juga menyoroti rencana pembentukan Tim Sembilan oleh Menpora, yang menurutnya belum jelas tugasnya untuk apa. Jika ingin berdialog, PSSI senantiasa terbuka melakukannya dengan Menpora secara intens, kapanpun diperlukan.

“Jadi menurut saya tidak perlu Tim 9. Kenapa? Karena siapa yang duduk di Tim 9 kami juga tidak tahu. Apalagi kalau diisi oleh orang-orang yang kemarin di tahun 2011 dan 2012 pernah di PSSI dan terbukti gagal menjalankan roda organisasi dan kompetisi. Buktinya nyata, mereka dimosi tidak percaya oleh 526 dari sekitar 700 anggota PSSI. Sampai akhirnya terjadi dualisme kepengurusan yang akhirnya berhasil diselesaikan oleh FIFA melalui peran aktif Menpora saat itu, Pak Roy Suryo. Dan lahirlah kepengurusan kami ini di Exco PSSI, yang baru menjalankan roda organisasi sejak Maret 2013,” urainya.

La Nyalla lalu menyitir UU SKN Pasal 10 ayat 1 yang berbunyi: "Masyarakat mempunyai hak untuk berperan serta dalam perencanaan, pengembangan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan keolahragaan".

Pada pasal penjelasannya disebutkan bahwa yang dimaksud dengan masyarakat dalam ketentuan ini adalah induk-induk organisasi cabang olahraga, organisasi olahraga fungsional, sanggar-sanggar olahraga, perkumpulan dan/atau klub olahraga lain yang ada dalam masyarakat serta masyarakat lain yang berperan serta dalam pembinaan dan pengembangan olahraga

“Jadi sudah benar Induk Cabor, dalam hal PSSI, dikontrol segala sesuatunya oleh anggotanya yang terdiri dari klub-klub dan pengurus PSSI provinsi. Bukan oleh sembarang masyarakat. Kalau siapapun boleh, bisa chaos negara ini. Jadi, memahami UU juga harus secara komprehensif dengan melihat azas hukum dan kepatutan yang berlaku,” bebernya.

"Jadi menurut saya, justru Menpora yang jangan sensi. Wajar-wajar saja. PSSI sudah bekerja. Badan yudisial PSSI juga terus bekerja menghukum mereka yang melakukan perilaku buruk di sepakbola, termasuk para pelaku sepakbola gajah.

“Kalau soal prestasi, pasang surut di olahraga, bukan hanya sepakbola. semua cabang olahraga juga mengalami. Ada menang ada kalah. Itulah olahraga. Kami baru bekerja dua tahun kurang. Tetapi kami juga menghasilkan Piala AFF U-19 setelah sekian lama tidak ke Indonesia. Kami juga mencatatkan Persipura sebagai semifinalis Piala AFC di era sepakbola modern ini,” urai La Nyalla yang juga menjabat sebagai ketua Badan Tim Nasional itu.

Mengenai prestasi tim nasional, La Nyalla mengaku Indonesia gagal di Piala AFF 2014 dan gagal mencapai target ke Piala Dunia U-20 melalui Piala Asia U-19 di Myanmar beberapa bulan lalu. Tapi, menurutnya, kalah dan menang juga sebuah realita dalam sepakbola, sebagaimana Spanyol juga remuk di Piala Dunia 2014 atau juara bertahan Korea Selatan U-19 yang tersingkir di fase grup.

"PSSI pasti melakukan evaluasi untuk mengembalikan kejayaan. Tidak perlu diminta karena memang sudah ada mekanismenya," tandasnya.

Terakhir ia mengingatkan peringkat Indonesia di daftar FIFA. Di tahun 2012, kala terjadi dualisme kepengurusan, Indonesia sempat terpuruk di posisi ke-172.

“Sekarang Alhamdulillah sudah mencapai 157 dari target kita sampai akhir 2015 nanti, insyaallah bisa ke ranking 130-an,” pungkasnya.***(dtk)

Sumber : detiksport  


Gambar : Wakil Ketua Umum PSSI La Nyalla Mattalitti.***(doc.ist)
IKLAN RENPONSIF ( Yang Sudah Diparse )

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Ini Penjelasan La Nyalla untuk Menpora soal Mekanisme Pengawasan pada PSSI"

Post a Comment